KEBEBASAN
A. PENDAHULUAN
Manusia adalah
makhluk ciptaan tuhan yang paling sempurna, dikatakan paling sempurna karena manusia diciptakan dengan
sesuatu yang membedakannya dengan makhluk lain di dunia ini yaitu pikiran.
Tidak hanya pikiran saja manusia juga terlahir dengan hak yang di berikan tuhan
hanya kepada manusia yang biasa disebut dengan sebutan Hak Asasi Manusia (HAM).
Dalam Tap MPR No. XVII/1998, hak asasi manusia
adalah hak dasar yang melekat pada diri manusia: secara kodrati, universal dan
abadi, sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa. Hak-hak itu meliputi hak untuk
hidup, hak berkeluarga, hak mengembangkan diri, hak keadilan, hak
kemrdekaan/bebas,hak berkomunikasi, hak keamanan dan hak kesejahteraan.
Rumusan hak
asasi manusia yang sangat terkenal berkenaan dengan kebebasaan adalah yang
dirumuskan oleh Presiden Amerika Serikat Franklin D. Rosefelt pada permulaan
Perang Dunia II. Hak-hak tersebut terkenal dengan istilah The Four Freedoms ( empat kebebasan) yaitu:
a.
Kebebasan untuk berbicara dan menyatakan pendapat (freedom of speech)
b.
Kebebasan beragama (freedom
of religion)
c.
Kebebasan dari ketakutan (freedom
from fear)
d.
Kebebasan dari kemelaratan (freedom
from want)
Dari semua hal yang telah tertulis diatas menunjukkan
bahwa dari dulu kebebasan telah menjadi
sesuatu yang penting untuk di perjuangkan.
Erich Fromm menegaskan bahwa kebebasan menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dari eksistensi manusia, karena manusia juga tidak
terlepas dari jiwa di dalam tubuhnya, sedangkan eksistensi jiwa dalam tubuh
memampukan manusia untuk menghadirkan diri secara total di dunia dan
memungkinkan manusia unutk menentukan perbuatannya. Dalam fungsi yang terakhir
ini jiwa berhubungan dengan kehendak bebas. Kebebasan merupakan hal yang
mendasar bagi manusia dan merupakan syarat penting bagi humanisasi. Karena
itulah Erich Fromm tidak salah ketika menyatakan bahwa sejarah manusia
merupakan sejarah perjuangan kebebasan.
Untuk lebih mengerti kebebasan mari kita amati kritik
Kierkegaard atas sikap ideal hegelian dan siakap obyektif ilmu pengetahuan,
yang menganjurkan kita untuk menjadi pengamat bisu atau penonton obyektif,
dilandasi oleh keyakinannya bahwa manusia pada prinsipnya bukan makhluk yang
melulu rasional, atau hantu tanpa kehendak dan perasaan, melaiankan makhluk
yang merasa dan menghendaki secara bebas
Pandangan Kierkegaard tentang peran kehendak bebas
berhubungan erat dengan masalah kebebasan manusia. Ia mempunyai pandangan yag
khas eksisistensialis, bahwa manusia pada prinsipnya adalah individu. Individu
adalah identik dengan kebebasan. Setiap manusia_setiap
individu_mengkonstitusikan (menciptakan) diri dan duniannya melalui suatu
pilihan bebas, yang di pilih dan diputuskan sendiri oleh manusia _individu_itu
sendiri. Terlepas, misalnya, dari tuntutan otoriter, dari sistem politik yang
represif ataupun dari sistem sosial Budaya yang ketat dan kaku.
B.
GARIS BESAR ISI BUKU
Ada beberapa pertanyaan mengenai bab ini, apakah manusia
sungguh-sungguh bebas? Kalau ya. Argumen apa yang meneguh kan pengakuan ini?
Apa pengertian kebebasan? Apa magna kebebasan? Pertanyaan-pertanyaan ini
menjadi titik pijak pembahasan dalam bab ini. Pembahasan akan di kelompokkan
dalam lima bagian.
Pada bagian pertama akan berisikan tentang
magna kebebasan. Pada bagian kedua, terdapat perbincangan tentang jenis-jenis
kebebasan.bagian ketiga akan di bahas pandangan kelompok-kelompokyang menolak
kebebasan sebagai bagian dari eksistensi manusia Kelompok ini di sebut
determinisme. Kemudian topik pembicaraan beralih ke argumen-argumen yang
menempatkan kebebasan sebagai hal mendasar bagi manusia menjadi pokok
pembicaraan dalam bagian keempat. Untuk menutup bab beberapa kesimpulan akan
mengisi bagian kelima.
C. ISI / RINGKASAN BUKU
1. Arti Kebebasan
Pengertian tentang
kebebasan dapat dilihat dari berbagai sudut. Kita bisa melihat dari sudut
pandang umum dan sudut pandang khusus.
Dari sudut pandang umum kebebasan bersifat negatif, karen
di kaitkan dengan kata tidak. Dalam pengertian ini, bebas berarti tidak ada
paksaan, tidak ada hambatan, tidak ada halangan, atau tidak ada aturan, dan
alin sebagainya. Misalnya anak muda yang bebas dari atuarn rumah karna orang
tuanya sudah tidak .
Dalam pengertian khusus sumber kebebasan dilihat dari
manusia itu sendri. Di sini kebebasan di kaitkan dengan tiga hal, yakni
penyempurnaan diri, orang disebut bebas kalau ia mampu mengarahkan dirinya
menuju kesempurnaan. Orang bebas selalu menginginkan perkembangan dalam dirinya
karena ia tidak mau berhenti pada status quo atau kemapanan.
Kesanggupan untuk memilih dan memutuskan,sebagaimana
sudah disebutkan di atas bahwa pilihan adalah realitas hidup manusia.berhadapan
dengan pilihan ia harus memilih keputusaan untuk menentukan arah hidupnya.
Dan yang terakhir adalah kemampuan mengungkapkan berbagai
dimensi kemanusiaan seperti kebebasan untuk memeluk agama, menentukan hidup
serta menentukan hak dalam politik juga
merupakan bagian dari pengertian kebebasan secara khusus.
2. Jenis-jenis Kebebasan
a.
Kebebasan Horisontal dan
Kebebasan Vertikal
Kebebasan horisontal
berkaitan dengan pilihan-pilihan yang tak berhubungan dengan moral atau hal-hal
yang mendasar dalam hidup manusia dan hanya berkaitan dengan kesukaan dan
kesenangan.
Sebaliknya kebebasan vertikal berkaitan dengan
pilihan moral. Dalam kebebasan ini ada titik tolak yang di jadikan pertimbangan yaitu antara paling memuaskan
kepentingan pribadi atau yang sesuai dengan suara hati, antara kuntungan
pribadi atau kepedulian terhadap sesama. Dalam kebebasan vertikal seseorang
mempertimbangkan tingkatan-tingkatan niali. Di dalamnya nilai-nilai moral
seluruh kehidupan di libatkan.
b.
Kebebasan Eksistensial
dan Kebebasan Sosial
Kebebasan eksistensial
menyatu dengan manusia sebagai pribadi. Kebebasan ini termasuk eksistensi
kemanusiaan. Dalam arti ini orang yang bebas adalah yang mampu menentukan
dirinya sendiri dan mengakui dirinya sebagai pribadi yang otonom serta bersikap
dewasa dalam bertindak
Sedangkan kebebasan sosial terkait dengan
orang lain. Kebebasan ini di pahami sebagai keadaan dimana seseorang tidak
dibatasi untuk bertindak secara terpaksa oleh orang lain. Dengan demikian
kebebasan sosial di kaitkan dengan orang lain karena kebebasan di kaitkan
dengan orang lain. Krena kebebasan sosisal dikaitka hidup bersama, maka
kebebasan ini sangat mungkin di batasi.
3. Pandangan Determinisme
Determinisme merupakan
aliran yang menolak kebebasan sebagai kenyataan dalam hidup manusia. Aliran ini
mengatakan bahwa setiap peristiwa, termasuk tindakan dan keputusan manusia,
disebabkan oleh peristiwa-peristiwa lain. Hipotesisnya adalah bahwa sesungguhnya
terdapat hukum alam, yang menentukan segala sesuatu yang terjadi di muka
bumi,dan bahwa sesuai dengan hukum-hukum itu, keadaan sebelum terjadinya
sesuatu menentukan bahwa tindakan itu akan terjadi dan menyingkirkan semua
kemungkinan yang lain. Jadi, seluruh kegiatan manusia di dunia ini berjalan
menurut satu keharusan yang bersifat deter ministik.
Keharusan deterministik itu muncul dari empat faktor:
a. Determinisme
Fisik-Biologis
Determinisme
fisik-biologis menyatakan bahwa aktiftas di bumi ini terjadi karena hukum
fisika kimia dan hukum-hukum biologis. Hukum-hukum ini selalu berkaitan dengan
dua hal, yakni aksi dan reaksi. Tidak hanya itu, kaum determinisme juga
mempunyai pandangan bahwa aktifitas
tubuh manusia seperti sebuah mesin. Artinya, seluruh kegiatan manusia bergerak
menurut hukum sebab akibat. Atas dasar ini, maka penilain atas perilaku
manusiapun didasarkan pada pertimbangan biologis.
b. Determinisme psikologis
Determinisme psikologis bertolak dari situasi kejiwaan manusia
untuk menyatakan penolakan terhadap kebebasan. Freud membagi kelompok ini
menjadi 3 bagian, yakni id, ego dan superego.
Id
berisi semua dorongan instingtual yang mencari pemuasan langsung seperti
anak kecil yang menyukai mainan. Ego
berisi kondisi kejiwaan yang sadar, menerima dunia nyata dan memutuskan
bagaimana bertindak, menjebatani antara dunia dan id, dan di kendalikan oleh prinsip realitas. Seperti anak kecil
yang menyukai permen sedangkan pada realitanya dia tidak punya uang untuk
membelinya. Sedangkan superego menurut
freud adalah sebuah bagian khusus jiwa yang berisikan kesadaran hati nurani dan
norma-norma moral yang mungkin di peroleh dari orang tuanya atau orang-orang
lain yang mempengaruhinya di masa anak-anak.
c. Determinisme Sosial
Determinisme sosial menempatkan lingkungan dan struktur sosial
yang melingkupinya sebagai dasar untuk mendekatkan perilaku dan pola pikir
seseorang. misalnya, bahasa jawa yang menekankan nilai kelemah lembutan
membentuk watak orang jawa yang lemah lembut.
d. Determinisme Teologis
Determinisme teologis adalah aliran determinisme yang keempat.
penganut aliran ini menegaskan bahwa manusia tidak berbuat apa-apa tanpa
intervensi dari kekuatan di luar diri nya. Kekuatan manusia tergantung pada
sesuatu yang ada di luar dirinya, yang dalam hal ini adalah yang Ilahi. Manusia
hanya pasrah menerima segala ketentuan yang telah di guratka kepadanya.
4. Kebebasan sebagai Eksistensi Manusia
a. Kritik terhadap
determinisme
Pandangan kaum
determinisme yang diuraikan di atas tidak seluruhnya benar. Bahwa faktor
biologis, faktor psikis, faktor lingkungan dan faktor keyakinan mewarnai
kehidupan manusia ada benar nya. Keempat faktor ini mempengarui dinamika hidup
manusia. Tetapi meredusir manusia pada keempat hal itu merupakan tindakan yang
tidak benar. Ada beberapa kelemahan dari determinisme.
Pertama, reduksi sebab musabab
pembentukan perilaku manusia pada sejumlah faktor, seperti faktor biologis,
psikis, sosial dan teologis sebagai dasar untuk menolak kebebasan menunjukkan
bahwa penganut determinisme tidak melihat keanekaan dimensi dan ke paradoksalan
manusia. Mereka hanya melihat manusia dari satu sudut.
Kedua, penganut determinisme tidak melihat fakta bahwa manusia selalu
melalukan evaluasi dan penilaian terhadap tindakannya. Itu berarti, jika
determinisme benar, maka tidak seorang pun yang sepantasnya di puji atau di
persalahkan karena sesuatu sebab penilaian ini tidak relevan. Dan ini jelas
tidak sesuai dengan kondisi riil manusia.
b.
Beberapa Argumen Pendukung
Dari tanggapan di atas bahwa kebebasan menjadi bagian
eksistensi manusia. Lalu argumen apa saja yang bisa mendukung pernyataan ini.
Pertama, kenyataan
bahwa manusia hidup dalam situasi “ kemungkinan dapat”. Konidisi ini merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari hidup manusia.
Kedua, adanya tanggung jawab.
Yang menyertai kebebasan adalah tanggung jawab. Setiap orang menerima tanggung
jawab atas tindakannya. Ia melakukan sesuatu dengan efektif, terlepas dari apakah dia diharapkan untuk berbuat demikian
atau tidak. Dalam kaitan dengan realitas sosial, kehidupan sosial akan berjalan
dengan teratur kalu ada tanggung jawab yang mengendalikan kebebasan.
Ketiga, makna perbuatan moral ada
pada kebebasan. Kebebasan merupakan dasar dari hukum moral. Immanuel Kant (1724-1804)
menegaskan bahwa kehidupan moral tidak akn berarti apa-apa kalau tidak disertai
dengan kebebasan. Penegasan kant ini menunjukkan bahwa orang baru akan masuk
akal secara moral kalau ia tidak diwajibkan untuk melakukan sesuatu, melainkan
ia memiliki kemungkinan untuk memilih antara melakukan atau tidak. Dengan kata
lain, tindakan seseorang hanya bisa dinilai secara moral, kalau menolak dan
menerima tindakan tersedia.
5. Kesimpulan
Dari uraian di atas jelas
bahwa kebebasan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari hakikat manusia.
Sebagai bagian eksistensi kebebasan memiliki arti yang sangat penting.
Perkembangan dunia hanya bisa terjadi kalau ada ruang gerak. Dan ruang gerak
itu adalh kebebasan. Apalagi di jaman seperti sekarang ini manusia di tuntut
bergerak untuk mengikuti perkembangan jaman yang semakin tak terbendung lagi,
kebebasan sangatlah penting terutama untuk manusia yang hidup di jaman
globalisasi seperti ini., tanpa kebebasan, manusia akan selalu tertinggal
dimasa lalu. Manusia di tuntut menunjukkan eksistensinya dengan memanfaatkan
kebebasan dengan sebaik-baiknya dan semanfaat mungkin.
Secara negatif dapat dikatakan, pribadi seseorang tidak
dapat berkembang menuju kepenuhan diri kalau ia tidak punya tempat untuk
mengungkapkan diri. Sebagaimana yang telah dikatakan oleh Karl Marx
(1818-1883), manusia selalu ingin merealisasikan dirinya. Dan realisasi diri
ini membutuh kan ruang lingkup pengakuan.
Walupun kebebasan menjadi bagian eksistensi manusia,
namun itu bukan berarti manusia boleh berbuat seenaknya, karna kebebasan
manusia bukan tanpa batasan, karena kebebasan adalah “ kebebasan dalam situasi
“, maka pertanggung jawaban menjadi bagian yang tak terpisahkan.
D. KRITIK
Menurut kami buku ini sangat bagus, buku ini menyajikan
materi dengan bahasa yang jelas dan lebih mudah untuk di pahami dari pada
buku-buku filsafat lain. Didalam buku Kasdin Sihotang ini juga menyajikan dari
dua sudut pandang yang berbeda yaitu dari sudut pandang pro dan kontra mengenai
hakikat kebebasan sehingga dapat bersiafat obyektif.
Kami telah mengubah sistematika penyuguhan materi di
atas, karena ada satu poin yang menurut kami perlu di pertimbangkan. Yaitu
sistematika penyuguhan materi. Di dalam buku ini khususnya bab kebebasan si pengarang menyuguhkan pandangan dari dua
sudut pandang mengenai hakikat kebebasan diawal pembahasan sedangkan pengertian
kebebasan dan jenis-jenis kebebasan di tampilkan ssetelahnya. Menurut kami hal
itu perlu diperhatiakn karena sistematika penyuguhan yang di berikan pengarang
kepada si pembaca terlalu berkenaan dengan pandangan dua sudut pandang tentang
hakikat kebebasan tersbut terlalu awal. Kalau menurut kami akn labih baik jika
sistematika penyuguha materi tersebut dimulai dari yang paling ringan seperti
menyuguhkan pengertian kebebasan di awal pembahsan yang dilan jutkan dengan
jenis-jenis kebebasan.
Judul buku yg dipakai ini apa kak?
BalasHapus